Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Monday, September 28, 2015

Apa itu LTSP (Linux Terminal Service Project), Kekurangan serta Kelebihannya

Apa itu LTSP ?




LTSP (Linux Terminal Service Project) adalah sebuah project di Linux untuk membuat terminal server yang bebas dan open source.Terminal server ini dapat digunakan kepada client yang tidak membutuhkan harddisk atau tidak memiliki harddisk sama sekali (diskless) karena hanya membutuhkan LAN Boot untuk mengakses OS yang ada pada server.Dengan aplikasi LTSP tersebut maka client dapat mengakses server Linux dan menjalankan berbagai aplikasi yang berada didalamnya.

Adapun servernya bernama LTSP server yang menjalankan terminal dan dikenal sebagai thin client (terminal X) yang menangani input dan output. Umumnya, terminal ini bertenaga rendah, tidak memiliki hard disk , lebih tenang dan lebih dapat diandalkan daripada komputer desktop karena mereka tidak memiliki bagian yang bergerak.
Definisi : Satu server LTSP digunakan oleh banyak client tanpa perlu harddisk, jadi client hanya menjalankan OS atau Aplikasi yang ada di server, client cukup butuh support LAN Boot. Server dapat mengendalikan client mulai dari mengirim pesan,memberi waktu akses,layanan internet,media dan lain-lain.

 Kelebihan LTSP : -bebas biaya lisensi karena berlisensi GPL dan bersifat opensource -fleksibel (mudah di upgrade) , cukup install versi terbaru dan di konfigurasi -netral , apapun distro Linux yang digunakan hampir dipastikan bahwa LTSP bisa dipasang -installasi yang serderhana , cukup menginstall aplikasi pada server maka otomatis seluruh client sudah terpasang aplikasi tersebut.

Kekurangan LTSP : -penggunaan bandwidth yang agak boros dan single point of failure di server.

Model jaringan terminal server selain LTSP


DRBL (Diskless Remote Boot in Linux) yaitu aplikasi open source yang memingkinkan untuk mengkonfigurasi semua client computer dengan cara menginstalasi dari satu server saja.DRBL dimungkinkan untuk client yang tidak memiliki harddisk(diskless) atau sistemless.DRBL dapat bekerja hampir di semua distro Linux. Pada DRBL juga terdapat clonezilla, aplikasi untuk partisi dan disk cloning yang mirip dengan Symantec Ghost®. DRBL menggunakan PXE/etherboot, NFS, dan NIS untuk memberikan layanan kepada mesin client oleh karena itu kita tidak perlu menginstal Linux di masing-masing mesin client satu per satu. Jika DRBL server sudah siap, mesin client dapat booting melaluiPXE/etherboot (diskless). “DRBL” tidak akan menyentuh client harddisk, oleh karenanya, sistem operasi lain (seperti Windows) yang terinstalasi di mesin client tidak akan berubah.

 Perbedaan LTSP dan DRBL :
 Kedua metode ini memiliki konsep yang sama yaitu diskless. Tapi perbedaan utamanya adalah LTSP hanya meng-eksekusi tampilan di client, dan prosesnya di titik beratkan pada server, sedangkan DRBL kebalikannya yaitu semua filesystem di-load pada client untuk kemudian dijalankan layaknya sistem biasa sehingga titik beratnya pada masing-masing client.

 Menurut situs resminya http://drbl-winroll.sourceforge.net/:

Jika komputer klien adalah PC, bukan thin client, lebih baik untuk menggunakan DRBL, paragraf di bawah ini diambil dari website DRBL, di bawah FAQ: “Apa perbedaan antara DRBL dan LTSP? DRBL menggunakan PXE atau etherboot, yang mirip dengan Linux Terminal Server Project (LTSP), untuk boot mesin klien. Sementara LTSP adalah server terpusat, semua pengguna mesin klien 'mengakses server LTSP untuk menjalankan aplikasi mereka pada server tersebut. Keyboard dan mouse klien digunakan untuk masukan sedangkan monitor klien digunakan untuk menampilkan hasil. Hal ini bagus ketika menggunakan thin client. Spesifikasi server harus meningkat ketika lebih dari 20 atau 30 klien sedang digunakan.

 Di sisi lain, DRBL menggunakan NFS dan NIS untuk menyediakan layanan boot untuk mesin klien. Pada dasarnya, server DRBL hanya server NFS dan NIS. Semua pengguna dari semua mesin klien hanya mengakses server DRBL untuk meminta file atau otentikasi. Paket dimuat ke mesin klien dan mereka menggunakan CPU dan RAM mereka sendiri untuk diproses.

Sebuah PC biasa dapat digunakan sebagai server DRBL karena hanya melayani permintaan file dan otentikasi. Mesin klien, bagaimanapun, harus cukup kuat untuk menjalankan aplikasi yang mereka butuhkan. Instalasi khas menggunakan DRBL untuk menyebarkan kelas Linux memiliki sekitar 30 sampai 40 klien.” Fungsi lain DRBL: Selain mode diskless (fat/powerful) client yang disediakan oleh DRBL, DRBL menyediakan fungsi lain, seperti:

 (a) Clonezilla, sistem clone opensource. Ini adalah alat pencitraan versi server, mirip dengan edisi Ghost server, True image atau Rembo. Dengan menggunakan Clonezilla, Anda dapat mengkloning 5,6 GBytes system image untuk 40 komputer dalam waktu 10 menit melalui multicasting.

(b) Small Linux diskless solution. DRBL menyediakan Damn Small Linux (DSL), PuppyLinux. untuk klien. Anda dapat mengimpor distribusi Linux kecil dan biarkan booting klien dari PXE tanpa hardisk, CD atau USB flash drive.

 (c) Diskless FreeDOS untuk klien.
 (d) Diskless memtest untuk klien.
 (e) Install GNU / Linux (Debian, Ubuntu, Fedora, CentOS, Mandriva, SuSE ...) untuk klien dari jaringan.



 Sumber : http://fajarmukharom.blogspot.com/2015/06/mengenal-ltsp-linux-terminal-server.html diakses tanggal 24-08-2015 jam 19.23 http://dokumen.tips/documents/perbedaan-ltsp-dan-drbl.html diakses tanggal 24-08-2015 jam 19.24

0 comments:

Post a Comment